Rabu, 19 November 2014

Artikel Tentang Jokowi


Ir. H. Joko Widodo (Jawa Latin: Jåkå Widådå, Hanacaraka: ꦗꦏꦮꦶꦢꦢ) atau yang akrab disapa Jokowi (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961; umur 53 tahun) adalah Presiden Indonesia ke-7 yang menjabat sejak 20 Oktober 2014. Ia terpilih bersamaWakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dalam Pemilu Presiden 2014. Jokowi pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta sejak15 Oktober 2012 hingga 16 Oktober 2014 didampingi Basuki Tjahaja Purnama sebagai wakil gubernur dan Wali Kota Surakarta(Solo) sejak 28 Juli 2005 sampai 1 Oktober 2012 didampingi F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil wali kota.[4] Dua tahun sementara menjalani periode keduanya di Solo, Jokowi ditunjuk oleh partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk memasuki pemilihan Gubernur DKI Jakarta bersama dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).[5]
Walaupun rumahnya pernah digusur sebanyak tiga kali saat masa kecil,[6] ia mampu diterima di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada dan setelah lulus berhasil menjadi pengusaha mebel.[6] Setelah itu, karier politiknya dimulai dengan menjadi Wali Kota Surakarta pada tahun 2005.[7] Namanya mulai dikenal setelah dianggap berhasil mengubah wajah kota Surakarta menjadi kota pariwisata, budaya, dan batik.[8] Pada tanggal 20 September 2012, Jokowi berhasil memenangkan Pilkada Jakarta 2012, dan kemenangannya dianggap mencerminkan dukungan populer untuk seorang pemimpin yang "baru" dan "bersih", meskipun umurnya sudah lebih dari lima puluh tahun.[9]
Semenjak terpilih sebagai gubernur, popularitasnya terus melambung tinggi dan ia terus menjadi sorotan media.[10][11] Akibatnya, muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden untuk pemilihan umum presiden Indonesia 2014.[12] Ditambah lagi, hasil survei menunjukkan bahwa nama Jokowi terus diunggulkan.[13] Pada awalnya, Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri menyatakan bahwa ia tidak akan mengumumkan Calon Presiden PDI-P sampai setelah pemilihan umum legislatif 9 April 2014.[14] Namun, pada tanggal 14 Maret 2014, Jokowi telah menerima mandat dari Megawati untuk maju sebagai calon presiden dari PDI-P, tiga minggu sebelum pemilihan umum legislatif dan dua hari sebelum kampanye.[15]

 Gaya kepemimpinan
Jokowi dikenal akan gaya kepemimpinannya yang pragmatis dan membumi. Ia seringkali melakukan "blusukan" atau turun langsung ke lapangan untuk melihat langsung permasalahan yang ada dan mencari solusi yang tepat. "Blusukan" juga dilakukan untuk menemui langsung warga dan mendengar keluh kesah mereka. Gaya yang unik ini dijuluki The New York Times sebagai "demokrasi jalanan".[127] Jokowi juga dianggap unik dari pemimpin lainnya karena tidak sungkan untuk bertanya langsung kepada warga dan mendekati mereka bila akan melancarkan suatu program.[128] Namun, gaya ini juga menuai kritik. Misalnya, ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman menyatakan bahwa "blusukan" hanya menghabiskan waktu dan energi, sementara yang dibutuhkan adalah kebijakan langsung dan bukan sekadar interaksi.[129] Anies Baswedan juga menilai "blusukan" merupakan pencitraan belaka tanpa memberikan solusi.[130]
Selain "blusukan", kepemimpinan Jokowi juga dikenal akan transparansinya. Misalnya, Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama sama-sama mengumumkan jumlah gaji bulanan danAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kepada umum.[131][132] Ia juga memulai sejumlah program yang terkait dengan transparansi seperti online tax, e-budgeting, e-purchasing, dan cash management system.[131] Selain itu, semua rapat dan kegiatan yang dihadiri oleh Jokowi dan Basuki direkam dan diunggah ke akun "Pemprov DKI" diYouTube.

 Kepemimpinan tidak cukup diukur dari tingkat kecerdasan atau kemampuan mengambil keputusan yang cepat dan tegas. Di tengah kondisi bangsa yang sarat berbagai persoalan Indonesia butuh pemimpin yang jujur dan bisa dekat dengan rakyat kecil.
Menurut Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-JK Hasto Kristianto, pemimpin Indonesia ke depan harus merupakan representasi dari rakyat itu sendiri. Sosok Jokowi sangat jelas merupakan simbol atau representasi dari rakyat karena datang dan besar karena rakyat.
“Selama ini rakyat hanya menjadi subjek kepemimpinan. Pemimpin nasional itu seharusnya merupakan representasi dari rakyat dan aspirasinya harus diperjuangkan,” ujar Hasto kepada SP, Sabtu (28/6).
Jokowi yang selalu berada di tengah-tengah masyarakat lebih mengetahui apa yang diinginkan rakyat. Jokowi, kata Hasto, berada di tengah masyarakat tidak hanya saat kampanye pemilihan presiden.
Sejak jadi Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi selalu berada dan mendengarkan aspirasi rakyat. Jokowi merupakan sosok yang selalu di tengah-tengah masyarakat untuk mendengar aspirasi mereka.
Dikatakan, dalam hal pengelolaan pemerintahan, Jokowi sudah berpengalaman yang dimulai dari bawah. Negara besar seperti Tiongkok dan Amerika Serikat memiliki sosok pemimpin yang dimulai dari bawah.
“Bagaimana seorang pemimpin bisa menjalankan pemerintahan kalau tidak pernah memimpin pemerintahan? Selanjutnya, bagaimana mungkin pemimpin bisa membuat kebijakan untuk rakyat kalau hanya turun saat pemilihan presiden?” katanya.
Untuk itulah, sambung Hasto, Jokowi hadir untuk melawan kepemimpinan yang hanya duduk di belakang meja. Pemimpin Indonesia ke depan, harus mengatahui duduk permasalahan di lapangan, baru membuat kebijakan yang tepat untuk rakyat.
Jokowi juga memiliki arah haluan pemerintahan setelah terpilih menjadi presiden. Haluan itu adalah UUD 1945 yang di dalamnya terkandung tujuan bangsa seperti memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta menciptakan perdamaiaan dunia.
“Kemampuan managerial Pak Jokowi dalam memimpin sudah tidak perlu diragukan lagi. Jokowi tegas, jujur, bersih, dan dekat dengan rakyat telah terbukti selama jadi wali kota dan gubernur,” ucapnya.


Komentar dan Saran: 
Semoga dengan terpilihnya Jokowi JK sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia dapat merubah Negara Indonesia menjadi lebih baik dan saya pribadi suka dengan gaya kepemimpinan seorang Jokowi yang blusukan karena beliau dapat mengetahui dan mendengar secara langsung keluh kesah dari seluruh masyarat, sehingga dapat dijadikan sebagai PR bagi Jokowi dan seluruh masyarakat Indonesia yang mesti dibenahi dan kurang di negara kita ini.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar